- Pameran tersebut merupakan kolaborasi antara perajin dan pengusaha dari Indonesia-Jepang di sektor BATIK dan TENUN dengan mengolah bahan baku berbasis serat & benang Cupro Bemberg Seluruh hasil kolaborasi yang berupa Batik, Tenun dan produk Fashion akan ditampilkan dalam pameran INACRAFT 2018 mulai tanggal 25 – 29 April 2018 di area booth No: 90, 91, 92, 93 Jakarta Convention Center.
- Terdapat 10 artisan “BEMBERG BEYOND SILK” ini yang mengolah BENANG dan SERAT BEMBERG JEPANG untuk dijadikan kain TENUN dan BATIK. Sementara itu artisan yang berasal dari Jepang membuat produk berupa Kimono Batik.
- Hasil karya 10 artisan ini juga sebelumnya akan ditampilkan dalam acara Fashion Show di pameran MUFFEST (Muslim Fashion Festival) pada tanggal 19 – 22 April 2018, dan diantaranya terdapat 3 designers/artisan BEMBERG.
- Bentuk kolaborasi ini yaitu perpaduan TENUN dan BATIK yang dibuat menjadi produk-produk kreatif seperti BATIK ART, FASHION dan TENUN.
- 10 artisan yang terlibat antara lain:
- Yogyakarta: Batik Nakula Sadewa, Sogan Batik (Hijab designer), dan Batik Marenggo.
- Semarang: De’Youl Batik (Batik Art).
- Solo: PT. Dan Liris Solo Textile Company.
- Garut: Ruda (Tenun Garut Viera).
- Sukabumi: Wignyo Rahadi (Tenun Gaya).
- Surabaya: Peggy Hartanto (designer).
- Jepang: Nishijin Ori Antology (Perkumpulan pengusaha tenun Kyoto yang terdiri dari 8 orang) dan Miyabi Ori (Kyoto) yang memproduksi Kimono dan Haori.
Semua perajin dan artisan tersebut mengolah dan mengkolaborasikan karyanya dengan menggunakan bahan SERAT BEMBERG dan BENANG BEMBERG serta KAIN BEMBERG. Serat bemberg tersebut diproduksi oleh pabrik benang dari Osaka yaitu: ASAHI KASEI CORPORATION. Dalam kolaborasi untuk uji coba hasil produk, bahan baku benangnya diimpor dari Jepang sebanyak 1 ton.
- Latar belakang dibentuknya kolaborasi ini adalah upaya Bapak Kuroda Masato (Tenaga Ahli JICA) yang ditugasi khusus untuk pengembangan Local Product Promotion di negara-negara Asia khususnya di Indonesia (Wajo – Sulawesi) selama 3 tahun. Pada saat membina para perajin di Wajo, Bapak Kuroda melihat bahwa di Sulawesi terdapat sekitar 5.000 perajin tenun tetapi yang masih aktif melakukan produksi di Wajo hanya sekitar 2.000 penenun. Hal tersebut disebabkan karena bahan baku sutera sulit didapatkan, sehingga benang suteranya diimpor dari Tiongkok. Dalam kurun waktu 2 hingga 3 tahun ini benang sutera harganya semakin tinggi mencapai Rp. 1.3 jt/kg dan semakin sulit didapatkan oleh para perajin. Oleh karena itu para perajin tenun di Wajo berpindah menggunakan benang Viscose Rayon yang juga diimpor dari Tiongkok dalam bentuk telah diwarnai. Hal ini menjadi keprihatinan Bapak Kuroda karena dengan menggunakan benang Viscose Rayon tentu saja kualitas produk tenun tersebut akan turun dibandingkan dengan menggunakan bahan baku sutera. Untuk itu tahun lalu Bapak Kuroda mencari alternatif serat Cupro (serat yang menempel dalam biji kapas di mana masih mengandung minyak biji kapas sehingga benang yang dihasilkan lembut dan berkilau seperti sutera) yang diimpor dalam bentuk serat dan diolah menjadi benang di Indonesia. Bahan baku berbasis Cupro tersebut kemudian diperkenalkan kepada para perajin di Wajo, Garut, dan Sukabumi dengan nama benang bemberg. Setelah benang ini diuji coba oleh beberapa perajin tenun, hasilnya di luar dugaan di mana tenunannya sangat indah berkilau, halus seperti sutera dan kelebihannya sejuk dipakai serta nyaman dan juga lentur karena masih berasal dari serat biji kapas. Demikian juga setelah benangnya dibuat menjadi kain, hasilnya sangat lembut, halus, berkilau, dan lentur sehingga bisa menjadi pilihan bagi para designer untuk dibuat menjadi beragam produk fashion. Selanjutnya kain tekstil ini diuji coba oleh 10 orang perajin dan pengusaha batik serta designer untuk dilakukan test terhadap pewarnaan, di mana hasilnya sangat mudah diserap sehingga bisa menghemat bahan pewarnaan. Kemudian bila dibandingkan dengan sutera, harganya jauh lebih murah dengan perbandingan benang sutera mencapai Rp.1,3 juta/kg sedangkan benang bemberg hanya Rp. 400 ribu/kg. Oleh karena itu benang bemberg bisa menjadi salah satu alternatif atau terobosan baru bagi para perajin Tenun dan Batik dalam mengurangi ketergantungan pada sutera karena selain lebih hemat, kualitas kainnya juga memiliki nilai tambah.
- Selain itu Bapak Kuroda diminta oleh Dubes Jepang untuk membuat suatu bentuk kegiatan dalam rangka memperingati 60 tahun hubungan kerjasama Indonesia – Jepang, dan ide Bapak Kuroda adalah mengangkat kerjasama kolaborasi antara perajin dan pengusaha Jepang dengan mengangkat benang bemberg
- Keuntungan bagi Indonesia dengan kerjasama kolaborasi ini yaitu bahwa bahan baku Serat Cupro bisa diimpor dari Jepang dan Jepang akan memberikan Technical know how pengolahan serat ini menjadi benang. Perusahaan tekstil di Indonesia juga sudah bisa mengolah serat ini menjadi benang bemberg dan bisa disuplai kepada para pengrajin Tenun dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan sutera. Benang cupro bemberg produksi Indonesia juga bisa diekspor kembali ke Jepang atau negara lain dalam bentuk benang maupun kain.